Selasa, 10 Mei 2011

Tahun Depan Kemarau Panjang

LAPAN: Tahun Depan Kemarau Panjang
"Ini terkait dengan ketahanan pangan, bisa saja rakyat kelaparan, pemerintah digoyang."
Rabu, 11 Mei 2011, 06:43 WIB
Elin Yunita Kristanti
VIVAnews - Pakar Penginderaan Jauh dan Iklim LAPAN, Edi Hermawan, meramalkan pada tahun 2012 Indonesia akan dilanda musim kemarau panjang,
Pada tahun 2010-2011, kata dia, musim basah memang mendominasi Indonesia. "Artinya tak ada jeda sedikit pun untuk musim kemarau. Panas paling 1-2 hari, maksimal satu minggu," kata dia saat dihubungi VIVAnews.com, Selasa 10 Mei 2011.

Cuaca saat ini, tambah dia, hampir sama dengan kondisi di tahun 1998, pada saat itu Indonesia mengalami musim basah panjang selama hampir 9 bulan - satu tahun. "Ini berulang," tambah dia.

Musim basah ini membawa akibat terhadap lumbung-lumbung pangan di Indonesia. Pemerintah berusaha menyelamatkan 11 provinsi penghasil pangan, seperti Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, seluruh wilayah Jawa, DIY, NTB, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan.
"Sehebat apapun, kalau kondisi basah terus, tak ada padi yang tahan genangan selama setahun," jelas dia.
Petani tebu pun akan merugi karena hasil panennya tak manis. Akibatnya, harga gula melonjak. Hal yang sama juga dialami petani tembakau.

Namun, kondisi ini akan berubah drastis pada tahun depan. Indonesia akan mengalami musim yang terbilang ekstrim, yakni musim kemarau panjang.
"Ini pernah terjadi pada tahun 1982 dan yang lebih parah tahun 1997. Dari itu didapatkan siklus 15 tahunan. Jadi musim kering yang cukup panjang akan kembali terjadi pada tahun 2012," jelas Edi.

Musim kering akan terjadi sekitar Mei 2012, puncaknya di bulan Oktober. "Ini berdasarkan data, siklus matahari mencapai puncaknya, solar storm atau badai surya menunjukkan eksistensinya, walau dimungkinkan ada penyimpangan," jelas Edi.

Musim kering tahun depan diperkirakan membawa dampak bagi masyarakat. Misalnya, waduk terancam kering, bahan pangan pun berkurang. "Ini terkait dengan ketahanan pangan, bisa saja rakyat kelaparan, pemerintah juga bisa digoyang," tambah Edi.

Untuk itulah, persiapan harus segera dilakukan. "Apalagi, impor tak bisa ujug-ujug. Prediksi harus cepat dan tepat, untuk itu harus ada data yang akurat," tambah dia.

Petani juga harus disiapkan. Sebab, pola tanam berubah. "Musim penghujan yang biasanya Desember, diperkirakan jadi Februari atau Maret."

Salah satu wilayah yang paling terancam adalah Nusa Tenggara Timur. Dalam kondisi normal saja, wilayah ini bisa mengalami kekeringan lebih dari sembilan bulan. Tak hanya para pembuat kebijakan, masyarakat juga diminta bersiap menghadapi kondisi ini. "Misalnya dengan menanam tanaman pangan di sekitar rumah," tambah dia.
• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar